Friday, February 14, 2020

Banyu Langit

Sworo angin
Angin sing ngreridu ati
Ngelingake sliramu sing tak tresnani
Pengen nangis
Ngetokke eluh neng pipi
Suwe ra weruh
Senajan mung ono ngimpi
Ngalemo
Ngalem neng dadaku
Tambanono roso kangen neng atiku
Ngalemo
Ngalemo neng aku
Ben ra adem kesiram udaning dalu
Banyu langit
Sing ono nduwur kayangan
Watu gedhe
Kalingan mendunge udan
Telesono
Atine wong sing kasmaran
Setyo janji
Seprene tansah kelingan
Ademe gunung merapi purba
Melu krungu swaramu ngomongke opo
Ademe gunung merapi purba
Sing neng langgran Wonosari Yogjokarto
Janjine lungane ra nganti suwe suwe
Pamit esuk lungane ra nganti sore
Janjine lungo ra nganti semene suwene
Nganti kapan tak enteni sak tekane
Udan gerimis
Telesono klambi iki
Jroning dodo
Ben ra garing ngekep janji
Ora lamis
Gedhene nggonku nresnani
Nganti kapan
Aku ora biso lali
Ademe gunung merapi purbo
Melu krungu suaramu ngomongke opo
Ademe gunung merapi purbo
Sing neng langgran Wonosari Yogjokarto
Janjine lungane ra nganti suwe suwe
Pamit esuk lungane ra nganti sore
Janjine lungo ra nganti semene suwene
Nganti kapan tak enteni sak tekane


Cipt: Didi Kempot

🌼 suka dengan liriknya. Gak terima debat ya... 

Monday, February 10, 2020

Jalan-jalan ke Malang

Bismillah....

Ini tadi tetiba ingat perjalan backpacker kami ke Malang bulan kemarin, sayang banget kalau cuma dikenang di otak masing2. Kenapa gak ditulis di blog aja, bisa dibaca nanti sekian tahun ke depan dan barangkali ada manfaatnya buat yg main ke blog ini.

Iya, alhamdulillah bulan Januari 2020 kemarin kami main ke kota Malang. Suami sudah merencanakan dari jauh2 hari dan ambil cuti. Setelah 7bln long distance marriage (LDM). Untuk cerita LDMnya sudah pernah dibahas di postingan sebelumnya. Sekarang kita mulai cerita liburan backpacker nya ya..

Tgl 9 Januari 2020
Jam 16.30wita
Kita naik grabcar ke terminal Mengwi. Biayanya Rp73. 000,- Iya, kita sudah beli tiket bus jauh2 hari, tujuannya biar bisa pilih tempat duduk di belakang sopir. Karena kita bawa anak 3, yang antusias banget tiap liat bus. Jadi kita milih tempat duduk di belakang supir biar mereka puas menikmati perjalanan. Dari rumah ke terminal Mengwi memakan waktu hampir 1 jam, apalagi jam pulang kantor biasanya macet. Sampai2 kita sudah ditelpon pihak busnya karena mendekati jam keberangkatan kita belum keliatan. 😁

Jam 18.00
Bus berangkat dari terminal Mengwi menuju terminal arjosari, malang.
Kita kemarin memutuskan naik bus Medali Mas. Fasilitasnya AC, bantal, selimut dan snack. Harganya Rp140.000, -/orang. Kami membeli tiket untuk 4 kursi. Jadi si bungsu shalihah ku, cukup dipangku bergantian. Walaupun akhirnya dia lebih banyak dipangku ayahnya, karena emaknya cukup teler kalau harus naik bus. 😩
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 10 jam. Adzan subuh kita susah sampai di terminal arjosari. Alhamdulillah

Sunday, February 02, 2020

Antara Denpasar-Manado part 3

Lihat video ini lumayan nyentil hati. 
Yup, sejak LDM membuat sisi kemandirian ku meronta-ronta. Mungkin terbiasa dari zaman SMP sudah ditinggal merantau orangtua dan kini seperti terulang, ditambah amanah 3 sholeh sholehah. 

Sisi manja-manjanya makin berkurang, padahal itu katanya gak bagus. Sifat ketergantungan mulai meluntur, itu juga gak baik. Tapi aku gak tau, di mata suami, ini menguntungkan atau merugikan ya? 

Kita tanyakan pada rumput yang bergoyang, karena aku gak bisa menanyakan langsung 😁

Kalau menurut artikel yang kubaca sih ini gak baik, karena sudah fitrahnya istri ketergantungan pada suami. Dan suami harus khawatir dan muhasabah jika istri makin mandiri dalam berbagai hal (gak melulu masalah finansial ya). Karena banyak tugas2nya yang telah diambil alih oleh istri. Bagaimana nanti ketika diminta pertanggungjawaban atas kewajiban2nya sebagai seorang imam? 


🌼sejak berjauhan, aku sering menulis. Terutama ketika susah tidur, padahal badan rasa lelah sangat. Barangkali suatu hari ini bisa dibaca lagi untuk diambil hikmahnya. 

Wednesday, January 08, 2020

Antara Denpasar-Manado (part 2) ; Meet 💕

Tiada obat yang lebih mujarab untuk para perindu selain bertemu 

Setelah 7bulan hanya bertatap lewat layar datar, hari ini kita berjumpa. Ternyata ini rasanya, aku cuma bisa diam. Karena bingung dengan perasaanku sendiri. Mau bicara, tak ada tema. Ingin diam, tapi tak enak. Cuma bisa memandangimu dan terus menyebut nama Allah atas nikmat pertemuan ini. 

Akan kuingat baik pemandangan ini, ekspresi anak-anak ketika pertama bertemu denganmu. Ada yang memeluk, mencium dan ada yang merajuk. MaasyaaAllah... Sungguh pemandangan langka, yang membuatku gemetar ketika mengabadikannya. 

Kini aku merasa sempurna kembali, tak perlu membawa buah hati seorang diri. Yang mungkin dianggap wanita yang suka wara wiri, padahal sudah pakai hijab syar'i. Ingin kutunjukkan pada semuanya, bahwa aku mempunyai suami. 

Disaat bahagia seperti ini pun, syaitan seperti cemburu padaku. Tak berhenti mereka mengusik batinku. Sampai aku tak bisa membedakannya, ini permainan konyol mereka atau memang firasat wanita? 

Harusnya ini hari-hari paling nyenyak dalam tidurku. Tanpa gelisah karena ia ada disini. Tapi mengapa makin susah ku pejamkan? Sungguh, ini menyiksa perasaanku sendiri. Sedangkan hari terus berganti, dan dia akan segera pergi (lagi). Harus segera ku selesaikan, perang batin ini, jika tak malam ini, mungkin esok hari. 

Setiap malam batinku seperti membuka layar, layar yang membuatku menanam prasangka. Tapi jika hanya prasangka, kenapa begitu menyiksa? Harusnya tak sampai membuatku susah memejamkan mata, harusnya tak sekarang ini, harusnya kemarin atau berminggu dan berbulan lalu. 

Kuserahkan dalam doaku kepada Allah, Sebaik-baik penjaga. Karena Allah Maha melihat sedangkan penglihatanku sangat terbatas. Karena keadaan ini, merupakan lahan yang sangat disukai syaitan, dimana suami dan istri saling berjauhan. 

Aku tak bisa menjaminkan apa-apa disini, ketika pertama melihatku, beginilah adanya diriku. Yang mungkin jauh dengan apa yang ada di luar sana. Yang tak sanggup ku tandingi. Semoga tetap menjadi yang tercantik dimatamu, itu doaku. Sekalipun tak pernah aku mendengar itu, darimu. Aku coba menguatkan diri dengan husnudzan, karena nyatanya pujian itu kebutuhan seorang istri, tapi bukan untuk tiap wanita. 

Bahkan saat menulis ini, dadaku bergemuruh, syaitan syaitan ini makin berusaha menguasaiku. Kuberikan kepercayaanku padamu, tapi ku sisipkan secuil rasa curiga di sana, agar aku tetap jadi wanita yang waspada. 

Tundukkan pandanganmu disana, aku disini tak biarkan lelaki lain memandangku. 


Saturday, December 14, 2019

Antara Denpasar-Manado (part1) ; start!

Apa yang di pikiran kalian kalau membaca atau mendengar tentang LDR atau LDM? Jauh, sedih, curigaan, dan pasti... Kangen.

Nggak pernah terbayang sama sekali, bahwa Allah akan bagi skenario LdM ini buat kita. Selama ini cuma denger pengalaman tetangga atau temen, dan itu banyak nyeseknya dan kangennya. Sekarang, kita yang harus ngelewatin ini.

Jujur, sampai hari H, detik-detik mau berangkat, aku masih (sok) tegar banget, biasa aja, gak tau kalau si suami. Salaman sama aku aja kayak mau berangkat kantor biasa (sabarin diri sendiri ya) 😌

Eh lah dalah... Pas ayahnya udah pamitan saman tetangga, mau masuk mobil, anak kedua kok bikin drama. Nangis sambil narik tangan ayahnya, minta ikut..... Pemandangannya kayak lagi ngiris bawang, amatan auto pedih. 😭
Anak-anak langsung kuajak masuk, sampai ndalem kukasi es lilin yang udah ku siapin buat ngademin ati mereka. Tapi malah akunya yang nangis gak brenti-brenti 😭😭😭 sampe mereka nyletuk, "ma, ngapain nangis terus?"

Hari-hari selanjutnya bikin aku jadi generasi nunduk, karena gak jauh-jauh dari HP. Kuyakin yang lagi LDM an juga sama. 😄
Anak-anak? Ya pasti ada aja drama-drama yang bikin hati nyesek. Karena mereka memang sangat dekat dengan ayahnya, dan ayahnya sudah berhasil bikin mereka jatuh cinta dan ketergantungan sama ayahnya. Dari anak-anak sering sakit, ngigau manggil ayahnya, Tiba-tiba nangis kangen ayahnya. Subhanallah...
Tapi hikmah baiknya, mereka jadi lebih empati dan mandiri. Mereka tau, begini rasanya gak ada ayahnya. Banyak hal-hal baik yang tumbuh dari diri mereka, yang gak bisa kutulis, cukuplah kami yang tau. Salah satu semangat dari kakak iparku, "sabar dik, ini biar anak-anak makin kuat, biar kayak anak-anaknya TNI." Aku suka kalimat penyemangat, dibandingkan kalimat yang bernada kasihan dan meratap. Karena itu malah jadi bikin kami seperti HP lowbat dan lemot.

Kenapa milih LDM? Kenapa gak ikut aja? Gak takut apa jauh-jauhan bgitu? Dan bla bla bla....Banyak yang nanya begini. Pertimbangan kami, karena pendidikan anak-anak sudah berjalan disini dan sesuai kebutuhan kami. Pertanyaan yang terakhir itu, hmmm... 😁 banyak berdoa, dan serahkan kepada Allah sebaik-baik penjaga. Saling mengingatkan. Kami sama-sama tau, Hari-hari yang kami jalani selama berjauhan itu tidak mudah. Dan yang utama, rasa takut kepada Allah... 

Dan ini kutulis 5 bulan setelah keberangkatannya... 
Semoga slalu dalam penjagaan Allah. 
2000km so far away

Tuesday, September 29, 2015

No title #Repost

Repost dari grup IIP malang raya, gak ada judulnya. Diposting oleh bunda mira tanggal 29 september 2015. Kalau ada yg tau sumber aslinya, monggo langsung comment

01. samar betul bagi kita masa depan yang dijelang anak-anak | apakah di masa depan ia masih taat Islam atau berontak
02. kita jalani Islam dengan penuh ketaatan | namun tiada jaminan pada keturunan
03. walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa | di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orangtua
04. mendidik anak di zaman ini benar mengkhawatirkan | disaat dosa dan maksiat menjadi bagian hidup dan kewajaran
05. maka kita takjub dengan ibu yang melalaikan saat anak bertumbuh | padahal itulah saatnya dia belajar agama pada ibunya secara penuh
06. uang takkan pernah ada cukupnya | masa perkembangan anak tiada gantinya
07. dengan beribu alasan peran ibu mulai hilang terganti | digantikan oleh pembantu yang dengan agama tidak mengerti?
08. sementara wanita berbangga dengan berapa banyak pnghasilan dirinya | mencoba mencari eksistensi diri dari uang yang tidak seberapa
09. "lalu bila tidak bekerja untuk apa tinggi bersekolah?" | inilah pemahaman salah kaprah pangkal dari generasi musibah
10. justru diperlukan ibu berpendidikan tinggi | untuk mendidik anak-anak agar ranggi
11. jangan berpikir seolah sayang bila pendidikan tinggi | hanya untuk mendidik anak dan rumah tangga ia dipakai
12. seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan | padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan
13. menjadi idola bagi anak-anak itu usaha luar biasa | tak banyak wanita yang sukses melakukannya
14. jangan heran bila satu saat anak melawan ibunya | wajar saja dia lebih sering bertemu teman dibanding orangtua
15. uang tidak bisa membeli ketaatan dan kepatuhan anak | atas waktu ibunya bukan kantor yang punya namun anak lebih berhak
16. tapi terkadang hidup memang menyudutkan wanita yang terpaksa bekerja | maka kita bertanya pada suaminya yang seharusnya dia
17. atau ada wanita hidup membesarkan anak sendiri | kita hanya berdoa Allah beri kekuatan kesabaran dan solusi
18. namun nasihat ini bagi wanita-wanita yang mungkin belum sadar | bahwa ada yang jauh lebih penting dari uang dan jabatan sekedar
19. karena karir terbaik wanita adalah menjadi ibu | maka pantaskan diri dengan iman dan ilmu
20. gagal pekerjaan bisa diulang kapan saja | gagal menjadi ibu hanya penyesalan tersisa
21. atau jangan-jangan emas perak sudah lebih menarik dari surga | hingga kita membandingkan antara harta dan pahala?
22. bila tidak tahu darimana memulai jadi ibu yang baik bagi anak | maka mulailah dengan memberikan waktu baginya yang paling banyak
23. karena taat itu asalnya dari cinta | cinta tumbuh dari waktu bersama-sama
24. lebih banyak berkisah padanya lebih banyak memeluknya | mudah-mudahan lebih taat pada Allah jadinya dia karena ibunya
25. semua sulit dan susah itu akan terganti sempurna | saat mereka berucap "karena Allah aku menyayangi bunda"

Friday, January 30, 2015

Tips weaning with love

Berikut ini Tips dalam PROSES PENYAPIHAN BERTAHAP:

1. Sapih anak dalam keadaan sehat. Hindari saat anak sedang sakit, marah arau sedih, karena akan membuat anak semakin tertekan dan tidak bahagia.

2. Komunikasikan keinginan menyapih dengan pasangan. Penyapihan dapat berjalan lancar bila ada dukungan positif dari suami. Selain itu, berbicaralah pada anak keinginan anda untuk menyapihnya walaupun kemampuan komunikasinya berlum berkembang baik, misal, “Sayang, minum susunya siang ini diganti dengan jus apel ya…. Enak loh jus apelnya, nih mami juga minum….”

3. Penjelasan logis. Jelaskan pada anak secara logis mengapa ia harus berhenti menyusu pada ibunya. Umpamanya, karena anak sudah berusia 2 tahun, sudah pintar makan nasi, buah, sayur dan sebagainya.

4. Bersikap lembut tetapi tegas dan konsisten. Jangan merasa bersalah karena waktu selama 2 tahun sudah lebih dari cukup.

5. Lakukan aktivitas menyenangkan antara ibu dan anak supaya ia tahu bahwa tak mendapat ASI bukan berarti tak dicintai. Alihkan perhatian anak / sibukkan anak dengan hal lain. Bisa dengan membacakan buku ke anak, bermain, bernyanyi, dsb. Hingga anak melupakan saat menyusu.

6. Jangan menawarkan ASI, atau memberikan ASI sebagai jurus ampuh saat anak rewel, terjatuh, atau menangis.

7. Berikan contoh melalui lingkungan sosial anak ataupun buku-buku bacaan yang menggambarkan tentang kemandirian tokoh yang tak lagi menyusu pada ibu.

8. Jangan mengoleskan obat merah/memberi plester/jamu-jamuan pada puting susu. Hal ini dapat menyebabkan keracunan pada anak. Selain itu, dampaknya, anak akan merasa ditolak oleh ibu dan merasa tidak dicintai apalagi jika ibu melakukannya dengan tiba-tiba. Efek panjangnya, anak mengalami kesulitan untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain.

9. Hindari secara tiba-tiba menitipkan anak di rumah neneknya selama berminggu-minggu, atau ke tampat pengasuhan anak setiap hari, karena proses adaptasi anak tidak cepat. Ia butuh waktu untuk merasa nyaman dengan lingkungan barunya, sebab proses penyapihan dengan cara menitipkan ke tempat lain membuat anak merasa tertekan. Ia harus beradaptasi dengan 2 hal sekaligus: kehilangan ASI dan berada pada tempat baru.

10. Jangan menyapih anak dengan mengalihkannya ke benda lain seperti empeng atau botol susu. Meski tidak ada larangan khusus, empeng atau dot berpeluang besar membuat anak jadi “malas makan”. Empeng juga berisiko membuat anak memiliki ikatan emosional yang kuat pada benda tersebut, sehingga kelak akan sulit mengubah kebiasaan mengempengnya. Selain itu bentuk anatomi gigi akan berubah menjadi maju/tonggos.

11. Hindari pemaksaan. Jika anak belum siap, ibu perlu mencari tahu penyebabnya. Mungkin ia sedang sakit atau apakah sikap ibu kurang sabar? Anak yang menolak disapih akan menunjukan reaksi kesal atau marah dengan menangis, rewel, gelisah atau lebih banyak diam.

12. Untuk menghilangkan kebiasaan menyusui sebelum tidur, anda harus memiliki rutinitas sebelum tidur atau tidur siang yang meliputi kegiatan-kegiatan seperti: membaca cerita sebelum tidur, menggosok punggung dan menawarkan susu pengganti ASI, gosok gigi dan piyama. 

13. Jika anak terbangun malam hari untuk minta ASI, usahakan agar ayah yang bangun untuk memberikan air putih dan mengajak kembali anak tidur dengan kata-kata yang lembut atau memberikan pelukan sampai anak tertidur. Bila Ibu yang datang menghampiri buah hati, besar kemungkinan anak akan menangis/merengek-rengek minta ASI.

14. Pegang dan peluk bayi saat anda memberinya susu botol. Cobalah untuk membuat suasana hangat dan nyaman ketika menyusui dengan botol. Jangan menyangga botol di kursi bayi atau membiarkan bayi memegang sendiri dan anda pergi. Ajak ayah, kakek, nenek dan saudara yang lain ikut serta memberi susu botol sehingga bayi dapat berhubungan dengan orang lain dan akan memudahkan anda bila akan meninggalkannya di rumah.

Sumber : facebook, lupa linknya. Maaf