Ketika (nanti) kita bersama
Kuharap, beliau tidak menghalangi apa yang kuimpikan
Beliau bisa mengerti, bahwa aku punya kebijaksaan sendiri
Beliau bisa tau, bahwa aku punya cara-cara sendiri untuk
merawat suami dan anak-anakku
Bahwa aku, punya “ruangan” yang tak boleh dimasuki siapapun
kecuali suamiku.
Bahwa kami adalah suami istri, yang telah membentuk pagar
sendiri dan tak boleh dicampuri siapapun saat kami suka apalagi duka.
Sebagai seorang ibu, aku punya harapan dan pola asuh sendiri
yang pasti berbeda dengan ibu yang lain. (nantinya) hormatilah itu…
Ketika (nanti) kita benar-benar bersama…
Kuharap aku mendapat perlakuan yang adil, darimu…
Bukan aku tak percaya, bila ingat yang lalu, sakitnya masih
terasa.
Bagimu, mungkin biasa saja… tapi bagi wanita, ah sudahlah
Saat kau marah, jangan buat aku cemburu, jangan bersembunyi
dibalik kasih sayangnya…
Karena, ketika aku ditempat ini, aku berusaha berdiri
sendiri, bahkan sejak menikah denganmu.
Ketika memang (harus) bersama…
Mungkin imanku memang dangkal dan tipis seperti kulit bawang
Dan aku belum sanggup.
Menurutmu aku mungkin memang keras kepala…
Iya, dan untuk masalah ini,,,
Karena akan banyak mudharatnya disbanding manfaatnya
Namun, bukan berarti aku tak sayang beliau
Pernikahan membuatku menerima beliau, dan wajib hukumnya
menyayangi dan menghormatinya
Segala upaya, aku berusaha mencuri hati beliau.
Menyukai apa yang beliau suka, meskipun mungkin aku tak
pernah suka
Aku ingin rumah kita tanpa televisi, seperti impian kita. Keluarga
kita agar terisi dengan bacaan Al Qur’an
Aku ingin bebas membuatkan masakan kesukaanku, kesukaanmu
dan anak-anak kita, tanpa aku harus bersaing
Aku ingin bebas bercerita denganmu, kapanpun aku mau. Bukan bisik-bisik yang sering kau dan beliau
lakukan didenpaku (dulu)
Bahkan, akupun ingin bebas tidur dengan anak-anakku, tanpa
aku harus sungkan dan beban dalam tidurku.
Dan aku ingin bebas membagi watuku, kapan aku harus memasak,
mencuci dan bermain dengan anak-anakku.
Aku sadar, suatu hari aku akan seperti beliau…
Namun aku pernah berkata, kita harus punya pagar yang jelas.
Kalaupun harus dekat, paling tidak kita
terpisah atap.
Kita tetap dekat, namun tak terlalu jauh masuk ke pagar
masing-masing.
Pasti beliaupun perlu waktu untuk sendiri dari 24 jam
kesehariannya, tak perlu pusing ketika anak kita rewel, tak perlu ikut
memusuhiku ketika aku harus berselisih denganmu.
Itu, jika kita (akan) bersama…
Bacalah tulisanku ini dengan hatimu.
Hati seorang wanita yang sama dengan beliau, sama-sama
mencintaimu
Impian seorang wanita, yang ingin hidup bersamamu, menciptakan
keluarga yang lebih baik dari generasi kita yg lebih dulu.
Amanahmu, yang juga harus kau dengarkan harapannya, tanpa
harus emosi lebih dulu.
Seseorang yang berjuang demi mewujudkan keluarga sakinah
mawaddah warahmah, bersamamu.